Semua hubungan tentu butuh perjuangan dan kedewasaan di dalamnya. Jatuh bangun untuk menjalani 365 hari bersamamu aku rasa juga sudah jadi menu makanan sehari-hari yang tidak asing buatku. Sungguh itu tidak masalah bagiku, karena cinta memang perjuangan yang harus aku usahakan tanpa perlu aku keluhkan. Tapi tahukah kamu, bahwa cinta di dalamnya juga butuh perjuangan dari kedua sisi? Tidak ada yang bisa berjalan hanya sendiri, apakah bisa sesuatu dikatakan seimbang ketika di satu sisinya ada yang berat sebelah? Atau dapatkah seseorang melangkah hanya di sebelah langkah saja untuk berjalan dengan baik dan seimbang? Jika menurutmu tidak bisa, begitu juga yang aku rasakan dengan hubungan yang dulu pernah kita yakini bisa terus berjalan hingga akhir usia ini.
Dan sekarang apakah kamu berpikir aku menyalahkanmu karena menurutku kamu tidak memperjuangkan hubungan kita? Ya… Dulu aku memang pernah memposisikan kamu untuk jadi seseorang yang bisa aku salahkan, kalau akhirnya sekarang kita tidak lagi bersama. Tapi waktu ternyata mengajarkanku hal-hal yang tidak bisa dipelajari semata hanya lewat teori saja, dari sini aku memetik sebuah pelajaran yang paling penting untuk perlahan berpikir sedikit lebih dewasa dan bijak, bahwa setidaknya jangan pernah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada hidup kita. Ada saatnya kita juga harus mengoreksi apa yang juga ada pada diri kita.
Semua manusia tercipta tidak dengan sebuah kesempurnaan, tapi dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing dimana pada akhirnya dengan sebuah kedewasaan dan hati yang lapang kita berusaha untuk bisa menerima kekurangan orang lain dan belajar untuk bisa jadi pelengkap yang tepat.
Aku menyadari bahwa pada akhirnya hadirmu yang hanya seolah mampir sebentar di hidupku itu, juga turut ambil andilku buatku untuk selangkah untuk jadi lebih dewasa. Kehadiranmu melengkapi beberapa potong puzzle yang hilang dalam diriku, walau bukan sebuah gambaran
puzzle dengan sususan lengkap yang pada akhirnya kita miliki.
Oh ya, jika kamu bertanya padaku, mudahkah untuk menerima kenyataan perpisahan kita? Merelakannya tanpa harus ada air mata yang tertumpah lagi? Tentu tidak mudah pada awalnya. Aku merasa seperti serpihan kaca yang betul-betul remuk, atau mungkin lebih tepatnya, seperti butiran pasir atau bahkan debu. Tinggal meniupku sedikit saja dan aku akan benar-hilang tidak berbekas. Semua perasaan yang begitu bercampur jadi satu yang aku rasakan, tidak tahu lagi ingin menangis, marah atau kecewa bahkan berteriak.
Aku sempat menjalani kehidupan yang bisa kusebut dengan istilahku sendiri, hidup seperti zombie – terlihat hidup tapi rasanya seperti sudah mati. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan, hanya meratap dan meratap, ya hanya itu saja yang bisa lakukan waktu itu. Aku tidak tahu, apakah terasa mudah bagimu melewati hari-hari tanpaku. Kadang aku berharap, kamu juga sama menderitanya dengan aku, sama-sama tahu rasanya jadi
zombie sepertiku.
Berlebih-lebihan dalam menyukai maupun membenci, bisa menghilangkan akal sehat; bahkan bisa membuat orang pintar jadi bloon
KH.Ahmad Mustofa Bisri

Komentar
Posting Komentar
Jikalau ada saran dan kritik,silahkan Sobat memberikan komentar.Komentar yang mengandung SPAM takkan dipublikasikan.
Terima kasih atas kunjungannya.