Tentunya hal-hal sekecil apapun yang kalau anda mengedepankan ego,dapat memicu keretakan dalam keluarga.Seberapa tangguhnya anda menyikapinya?Haruskah egois dalam keluarga? Di simak y sambil minum kopi ☕ untuk temukan ide.
Sebuah hubungan merupakan wujud dari indahnya cinta yang terletak di dalam hati manusia. Hubungan ini didasarkan pada fondasi yang kuat dari cinta dan komitmen yang tumbuh dan berkembang setiap hari.
Namun, hubungan yang ditandai dengan tanda keegoisan dan tidak menghormati pasangan lainnya adalah mengkhawatirkan.
Meskipun anda tidak bisa mengharapkan kesempurnaan dari pasangan anda, hal itu harus dipahami bahwa kesemuanya mempunyai arti tertentu.
Perilaku egois dimulai ketika salah satu pasangan yang terlalu banyak peduli dengan kebutuhan fisik dan emosional dari diri sendiri, memberikan perhatian yang sedikit terhadap pasangannya.
Jika dua bilah kayu disatukan dengan paku. Dua batu bata disatukan dengan semen. Lalu dua hati di satukan dengan apa? Jawabnya, tak lain dengan iman.
Dua hati yang beriman akan mudah disatukan. Jika dua hati mengingat yang SATU (Allah SWT), pasti mudah keduanya bersatu. Begitulah dua hati suami dan isteri, akan mudah bersatu bila iman di dalam diri masing-masing senantiasa disuburkan.
Bukan tidak pernah terguris. Bukan tidak pernah bertelagah. Tetapi jika di hati sama-sama masih ada Allah Azza wa jalla, perdamaian akan mudah menjelma semula. Yang bersalah mudah meminta maaf dan yang benar mudah memberi maaf. Tidak ada dendam berkepanjangan. Sebab masam cuma sebentar dan pahit hanya sedikit. Itulah yang ditunjuk oleh teladan rumah tangga Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam.
Rasulullah juga pernah ribut, tetapi sekadarnya saja. Ibarat ada gelombang, tetapi cepat-cepat kembali menjadi tenang.
Hadist Nabi SAW. :
"Orang yang berjihad (bermujahadah) adalah orang yang memerangi nafsunya dalam (pendekatan dirinya kepada) Allah", (HR. At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin 'Ubaid).
Jika ditanyakan kepada dua hati yang bercinta, siapakah yang lebih cinta pasangannya? Maka jawabnya, siapa yang lebih cintakan Allah, dialah yang lebih mencintai pasangannya.
Sebelum berfikir bagaimana mengekalkan cinta berdua, berusahalah terlebih dahulu agar mencintai kepada-Nya. Jika kita bersama mencintai yang Maha Kekal, pasti cinta kita akan kekal,sampai ajal memisahkan kita berdua.
Jika paku boleh berkarat, semen boleh retak, maka begitulah iman, ia juga akan naik dan menurun.
Iman itu ada “virusnya”. Virus iman ialah ego (takabur). Jangan ada takabur, karena cinta pasti hancur. Orang takabur merasa dirinya lebih mulia dan pasangannya lebih hina. Jika demikian, manakah ada cinta? Cinta itu ibarat dua tangan yang saling bersentuhan. Tidak ada tangan yang lebih bersih. Dengan bersentuhan, keduanya saling membersihkan.
“Aku Suamimu ,jangan coba-coba menentang!”, "Aku suamimu,aku boleh keluar rumah sesuka hatiku"begitulah ego dan rasa takabur itu. Akibat takabur, istri tak berkutik tanpa boleh bersuara. Sedikit bicara saja ia sudah dibentak. Senyap-senyap, isteri menyimpan rasa dendam. Suami ‘disabotase’ dalam diam. Tegur suami, dijawabnya acuh tak acuh. Senyum yang semula bak mawar akhirnya menjadi tawar dan hambar. Perlahan-lahan, jarak hati semakin jauh dan cinta semakin rapuh.
Ada pula isteri yang tak kalah ego. Tidak jarang meninggikan suara. Kesalahan suami yang sedikit saja bisa menjadi urusan panjang. Anak-anak ditelantarkan dan dapur dibiarkan berserakan. “Rasakan akibatnya jika berani menentang aku,” bagitu dalam hatinya.
“Mengaku salah tidak sekali. Minta maaf, pantang sekali,” begitu istilah Malaysia bagi orang yang enggan mengaku salah dan enggan meminta maaf.
Karena ego, pasangan suami-istri sering khilap di luar batas. Suara yang meninggi, pintu yang di dihempaskan dengan kuat,atau hardikan pada sang isteri di hadapan anak-anak. Ada juga suami yang menghardik isteri di hadapan saudara bahkan tamunya yang datang.
Para istri juga punya ego. Mungkin karena merasa tidak sekuasa suami, atau tak memiliki keberanian, si isteri menunjukkan egonya dengan bermacam-macam-macam ragam. Mungkin karena tak ada keberanian bertolak pinggang di depan suami, ia akan memalingkan badan dan mukanya ketika di tempat tidur.
Alhasil, cuaca rumah tangga menjadi muram. Tidak ada keceriaan, kehidupan dan manis dan kelembutan lagi. Semuanya bungkam.
Ya, rumah hanya sebuah bangungan yang didirikan dari bahan batu, kayu dan semen. Sementara rumah tangga dibina dengan kasih sayang, cinta dan sikap saling menghormati.
Tidak ada rindu yang menanti suami ketika pulang dari bekerja. Tidak ada kasih yang hendak dicurahkan oleh suami kepada isteri yang menanti di rumah. Anak-anak tak lagi memiki kegairahan hidup.
Bila ada ego di hati, cinta akan menjauh pergi. Retak akan menjadi belah. Kekadang hati keduanya merintih, mengapa jadi begini? Bukankah antara aku dan dia ada cinta? Mengapa terasa semakin jarak?
Selagi ada ego, ke mana pun tidak akan menjadi. Jika masih ada ego, yang wangi jadi busuk, yang manis jadi tawar, yang indah jadi hambar.
Telusurilah cinta yang hilang di jalan iman. Buanglah kerikil ego yang menghalangi. Sebab ego hanya membina tembok pemisah di antara dua hati walaupun fisik masih hidup seatap. Mungkin di khalayak ramai, masih tersenyum dan mampu ‘menyamar’ sebagai pasangan yang ideal tetapi hati masing-masing TST (tahu sama tahu), di mana kemesraan sudah tiada lagi.
Pasangan yang begitu, boleh menipu orang lain. Namun, mampukah mereka menipu diri sendiri? Yang retak akhirnya terbelah. Penceraian berlaku. Mereka berpisah. Masyarakat yang melihat dari jauh pelik, mengapa begitu mesra tiba-tiba berpisah? Tidak ada kilat, tidak ada guntur, tiba-tiba ribut melanda. Oh, mereka tertipu. Perpaduan yang mereka lihat selama ini hanyalah sinetron.
Pemirsa Blogger,bermujahadah dan carilah di mana Allah di dalam rumah tangga mu. Apakah Allah masih dibesarkan dalam sholat yang kau dirikan bersama ahli keluarga mu? Apakah sudah lama rumah mu telah menjadi pusara akibat kegersangan dzikir dan suara bacaan al-Quran? Di mana pesan-pesan iman dan wasiat taqwa yang menjadi penawar ujian kebosanan, kejemuan dan keletihan ini?
Allah berfirman:
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Artinya :
“Dan tetaplah berilah peringatan,karena sesungguhnya peringatan itu memberi manfaat kepada orang mukmin.” (Adz-Dzariyat ayat 55)
Sedangkan orang mukmin saja perlu diperingatkan, apakah lagi kita yang belum mukmin? Iman itu, seperti yang dimaksudkan hadits, boleh bertambah dan berkurang. Untuk memastikan ia sentiasa bertahan atau bertambah, hati perlu kesungguhan hati untuk mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai dan ajaran Islam di dalam kehidupan(mujahadah).
Lawan hawa nafsu yang mengajak kepada ketakaburan dengan mengingat bahwa Allah sangat membenci kepada orang yang takabur, walaupun sasaran takabur itu adalah suami atau isteri sendiri.
Bila terasa bersalah, jangan malu mengaku salah. Segeranya mengakuinya dan ucapkan kata meminta maaf. Ular yang menyusur akar tidak akan hilang bisanya.
Begitulah suami yang meminta maaf kepada isterinya. Dia tidak akan hilang kewibawaannya bahkan akan bertambah tinggi.
Bukankah orang yang merendahkan diri akan ditinggikan Allah derajat dan martabatnya? Lunturkan ego diri dengan membiasakan diri meminta maaf.
Tidak masalah ketika kita rasa kita adalah yang benar, lebih-lebih lagi apabila jika kita yang bersalah.
Ini juga berlaku pada para lelaki. Lelaki yang “tewas” ialah lelaki yang sukar mengaku salah dan senantiasa tidak ingin mengalah. Saat itulah dia telah memiliki salah satu dari tiga ciri takabur, yakni menolak adanya kebenaran.
Akuilah kebenaran walaupun kebenaran itu berada di pihak isteri. Tunduk kepada kebenaran artinya tunduk kepada Allah. Jangan bimbang hanya karena takut dikatakan “laki-laki takut isteri”. Kita hanya takut pada Allah. Sebab Allah sangat membenci orang yang takabur.
Begitu juga isteri. Jika sudah terbukti bersalah, akui sajalah. Dalam hubungan antara suami dan isteri, apakah penting siapa yang menang, atau siapa yang kalah?
Kita berada di dalam gelanggang rumah tangga bukan berada di ruang mahkamah. Kesalahan suami adalah kesalahan kita juga dan begitulah sebaliknya.
Rumah tangga wadah segalanya. Perkawinan adalah suatu hubungan, bukan satu persaingan. Andai kita “menang” pun, lantas apa gunanya? Padahal, kita akan terus hidup bersama, tidur sebantal dan berteduh di bawah naungan yang sama.
Berusahalah sekuat-kuatnya menentang ego ini. Bisikan selalu di hati, bahwa Allah selalu mencintai orang yang merendah diri dan Allah sangat membenci orang yang tinggi diri. Pandanglah pasangan kita sebagai sahabat yang paling rapat. Kita dan dia hakikatnya satu. Ya, hati kita masih dua, tetapi dengan iman ia menjadi satu. Bukan satu dari segi bilangannya, tetapi satu dari segi rasa.
"Cinta tidak mengenal hambatan. Cinta melewati rintangan, melompati pagar hambatan, dan menembus tembok untuk sampai ke tempat tujuan yang penuh harapan."
Cara mengatasi egois Dalam Keluarga
Yang perlu anda lakukan adalah mempertimbangkan pikiran dan perasaan orang lain, sebelum mengambil beberapa langkah tambahan. Beberapa cara mengatasi egois yang dapat memperkuat hubungan anda akan disebutkan di bawah ini.
Berkomunikasi dengan benar
Pembunuh nomor satu sebagian besar hubungan adalah kurangnya komunikasi yang baik. Ketika kedua orang tidak dapat berkomunikasi tentang keinginan dan harapan mereka satu sama lain, ini akan membuka pintu gerbang untuk sifat-sifat negatif seperti frustrasi dan kemarahan yang akan memasuki hubungan. Komunikasi yang baik adalah kunci untuk menyelesaikan masalah apapun, sebelum menjadi masalah. Jangan ragu untuk berbicara dengan pasangan anda. Hubungan yang baik adalah untuk berbagi setiap sisi kehidupan satu sama lain. Jika anda menghadapi situasi kesalahpahaman, segera klarifikasikan hal itu dengan pasangan anda.
Rasa saling percaya
Mempercayai pasangan adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap hubungan. Jika anda tidak percaya kepada pasangan anda, itu berarti anda jelas berada dalam hubungan untuk alasan yang salah dan jika tidak diperbaiki maka hubungan dikawatirkan terputus. Berhenti bersikap kasar terhadap pasangan anda.
"Dan pada akhirnya, cinta yang engkau punya sama dengan cinta yang engkau buat"
Apresiasi
Rasa untuk mencintai dan dicintai adalah perasaan yang paling menggembirakan di dunia. Sifat egois dalam pernikahan sering dikaitkan dengan fakta bahwa setelah waktu tertentu dalam pernikahan, pasangan mulai mengambil satu sama lain untuk diberikan. Untuk para pemula, adalah penting bahwa anda menghargai hal-hal yang anda sukai tentang pasangan anda. Penghargaan yang tulus membuat orang merasa senang. Kita semua membutuhkan perhatian, bahkan itu adalah keinginan manusia untuk dicintai, dihargai, dan diperhatikan.
Keegoisan terjadi jika pasangan berada dalam hubungan untuk alasan yang salah, tetapi jika cinta adalah inti dari hubungan anda, maka keegoisan hampir mustahil untuk tampil. Namun, setiap hubungan yang sehat bukan berarti benar-benar tanpa keegoisan.
"Aku semakin mencintaimu karena aku telah percaya engkau menyukai diriku apa adanya, dan bukan karena hal lain."
Nah Pemirsa Blogger,berhubung suasana ied mubarak masih terasa Penulis ingin mengucapkan:

Komentar
Posting Komentar
Jikalau ada saran dan kritik,silahkan Sobat memberikan komentar.Komentar yang mengandung SPAM takkan dipublikasikan.
Terima kasih atas kunjungannya.